Senin, 17 Mei 2010

Sudah Istiharah, kenapa masih ragu?

Manusia tidak pernah bisa memilih, mau menjadi apa dan bagaimana cara hidupnya di dunia ini. Kita hanya bisa menerima begitu saja keadaan ini. Uniknya, dalam perjalanan hidup seseorang tak pernah lepas dari persoalan memilih dan mengambil keputusan. Kenapa? karena pada dasarnya setiap orang diberikan pilihan untuk memilih. Bahkan, saat dirinya merasa tak memiliki pilihan lain, sebenarnya ia masih tetap punya pilihan untuk tidak melalukannya.

Dalam menentukan suatu pilihan, tentunya kita ingin mendapatkan pilihan terbaik dan tak ingin salah pilih. Maka dari itu, Islam telah memberikan solusinya yaitu dengan melakukan Shalat Istiharah. Kenapa? Karena Allah Maha Tahu atas segala sesuatu, Allah Maha Tahu apa yang menjadi pilihan terbaik bagi kita.

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah, ayat 216)

Namun sebelumnya kita juga harus mengerti akan manfaat dari Istiharah itu sendiri, sehingga Istiharah yang kita lakukan itu murni karena kita benar-benar butuh dan mengharapkan keridhaan Allah untuk memilih yang terbaik, bukan karena hanya asal menjalankan saja. Adapun beberapa manfaat dari shalat Istiharah itu,diantaranya:

¨ Menetapkan Hati

Ketika keinginan sudah jelas, tentunya tujuan yang sesuai dengannya akan tampak dengan sendirinya. Namun ketika masih tersedia pilihan, barulah kita memohon petunjuk dengan Istiharah, dahulukan dengan ikhtiar sebelumnya. Ingat, jangan menyandarkan segala sesuatu pada-Nya hanya dengan mengandalkan Istiharah.

¨ Mencari Ketenangan

Salah satu cara ampuh untuk dapat ketenangan ialah menemukan dan berpegang pada yang kita percaya, yang kita cinta, yang kita yakini dapat membagi kebahagiaan dan ketenangan yang tak lain hanyalah Allah karena dia lah sumber dari segala sesuatu.

Dimana tak ada orang lain yang bisa diandalkan atau diri sendiri yang tak dapat mengatasi masalah atau seluruh dunia tak mau peduli lagi maka dalam kondisi tersebut manusia akan lebih mudah untuk menemukan Tuhannya.

¨ Mengambil Jarak dari Masalah

Dengan mengambil jarak dari masalah maka kita akan cenderung lebih obyektif untuk memandang suatu hal dari berbagai sudut pandang.

Terkadang kita menganggap kalau melakukan Shalat Istiharah itu hanya untuk urusan besar saja seperti memilih jodoh misalnya. Padahal itu adalah pemikiran seperti itu tidak tepat. Rasulullah sendiri selalu melakukan shalat Istiharah sebelum mengambil keputusan. Sebaliknya kita jarang sekali menyertakan Allah dalam setiap mengambil keputusan. Padahal dalam setiap keputusan yang kita ambil, memiliki resiko yang tidak kecil.

Namun ternyata seringkali terjadi kesalahan persepsi. Kita akan merasa cepat puas setelah melaksanakan Istiharah. Terlebih jika kita mendapatkan ketetapan hati atau mimpi akan suatu hal yang akan kita pilih. Apalagi kalau mimpi itu sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan penuh keyakinan, kita akan menganggap hal itu merupakan jawaban dari Allah dan pasti akan terjadi. Sehingga kita meyakini bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang paling benar.

Dan apabila mimpi itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, kita akan buru-buru menepisnya dan berpura-pura menganggap kalau Istiharah itu tak penah dilakukan. Padahal ketetapan hati atau mimpi yang kita dapatkan setelah melakukan Istiharah itu, belum tentu kebenarannya. Karena sebenarnya hasil dari Istiharah itu, bukanlah hasil akhir dari penyelesaian suatu masalah namun merupakan awal perjuangan baru.

Kita juga masih sering ragu tatkala Istiharah sudah diupayakan tapi masih saja ada keraguan dalam hati akan keputusan yang akan kita ambil. Dalam hal ini, marilah kita lihat sabda Rasulullah SAW:

Sesungguhnya pelaku ibadah itu mengira telah menegakkan shalat (sepenuhnya). Padahal tidaklah dicatat baginya (oleh malaikat pencatat amal baik) kecuali setengah sholatnya atau sepertiga sholatnya atau seperempat sholatnya atau seperlima sholatnya atau bahkan sampai sepersepuluh sholatnya.” [HR. Ahmad dan Abu Daud].

Dari hadist tersebut, sudah sepatutnya kita sadari kalau semakin sedikit bagian dari Istiharah yang tercatat sebagai amal baik maka akan semakin jauh pula hasil dari Istiharah dari yang kita harapkan.

Nah, sebaiknya kita tak perlu khawatir apabila ragu itu masih tetap muncul. Jangan biarkan keraguan itu menyurutkan semangat yang kita miliki. Tapi berusahalah untuk memperbesar peluang keberhasilan yang kita lakukan, dengan memperbanyak ibadah dan amal sholeh. Hingga waktu yang kita miliki tidak terbuang percuma dan sia-sia. Setuju??

X X X X

* Sumber: Istiharah Cinta, M. Sodik Mustika, dkk

Gagas media, Juli 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar