Rabu, 19 Mei 2010

Ingat Mati

Serem.. mungkin itulah hal yang pertama kali muncul dalam benak kita saat mendengar frase tersebut. Bukan bermaksud untuk mengeruhkan suasana namun setidaknya, hal ini akan mengingatkan kelalaian kita selama ini. Bahwa tak selamanya kita akan terus menikmati apa yang ada dihadapan saat ini. Kita tak pernah tahu kapan kita diberi rezeki, kebahagian itu datang, dicoba dengan penyakit atau bahkan ajal sekalipun. Yang kita tahu hanyalah suatu hari nanti kita akan pulang keharibaan-Nya, cepat atau lambat.

Menjenguk orang sakit bukanlah suatu keharusan. Namun alangkah baiknya bila kita mau meluangkan waktu sejenak untuk memberi dukungan harapan bagi mereka yang kini tengah diberi cobaan penyakit. Membantu sesama tak perlu berupa materi saja namun dengan menjenguk saja dan memberinya semangat adalah bentuk lain dari bantuan yang bisa kita berikan. Mungkin esok atau lusa, kita sendiri yang akan merasakan hal serupa. Tak ada yang tahu.

Sebenarnya, datang sebentar dan memperlihatkan wajah penuh keceriaan saja sudah menjadi obat tersendiri bagi orang sakit. Seletih dan seselah apapun kita melihat keadaannya sebaiknya jangan sampai diketahuinya.

Menjenguk orang sakit ibarat sebuah teropong yang kita gunakan untuk menerawang. Dengan menjeguk, kita diajak untuk menerawang, meraba lebih jauh akan keadaan diri sendiri. Apakah selama ini sudah merawat diri dengan baik ataukah sebaliknya. Bagaimana kalau kita sendiri yang mengalami apa yang dirasakannya.

Tiga hari yang lalu, aku baru saja mengunjungi seorang sepupu yang dirawat di Rumah Sakit. Kondisinya memang cukup memprihatinkan. Tapi, hal yang membuatku lebih miris, bukanlah karena melihat kondisi fisiknya yang suah tidak berdaya melainkan karena dia sudah tidak memiliki harapan hidup dalam dirinya untuk berjuang melawan penyakit yang menyerangnya.

Tak hanya itu, orang-orang disekelilingnya pun sepertinya sudah kehilangan harapan untuk tetap bersemangat. Mungkin mereka terlalu lelah sehingga mudah berputus asa menghadapi kondisinya yang tak kunjung membaik. Jadi, bagaimana dirinya bisa memiliki harapan untuk memperjuangkan hidupnya apabila tak ada dukungan dari orang-orang disekitarnya.

Padahal harapan hidup itu sangat penting artinya bagi seseorang yang berada dalam tahap penyembuhan. Harapan yang ada, dapat menumbuhkan semangat dan keinginan untuk sembuh. Bukankah, keadaan kita saat ini sama seperti apa yang ada dalam pikiran? Dan biasanya, sugesti yang berada dalam pikiran seseorang sering kali terbukti kebenarannya.

Melihat keadaan seperti itu, aku jadi teringat pada pengalamanku sendiri beberapa tahun kebelakang. Disaat harapan hidup ini mulai menipis, tak ada hal lain yang bisa dilakukan hanya mengingat Allah, Sang pemilik hidup.

Namun ayah, Ibu dan kakak lelakiku tak pernah bosan mendampingiku siang dan malam, bersama dukungan harapan yang tak pernah putus serta doa yang terus mengalir bagi kebaikanku. Dan selama itu, tak pernah sedikit pun kulihat mereka mengeluh padahal aku yakin mereka teramat lelah. Bersyukurlah aku masih memiliki orang-orang yang tegar berada disampingku. Sudah seharusnya aku tak perlu mengeluh lagi akan setiap keadaan yang kualami selama ini.

Allah memang teramat baik, menyayangi hamba-Nya. Allah selalu memberikan pilihan terbaik untuk kita. Buktinya aku masih diberi kesempatan untuk menjalani hidup, masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dimasa lalu, atau setidaknya tidak mengulang kesalahan yang sama.

Ah, siapa yang menyangka kalau sampai sekarang, kedua kaki ini masih dapat menginjak tanah dengan sempurna? Masih bisa menyapa matahari yang tersenyum cerah setiap pagi. Masih bisa melihat kilau bintang berkelip dalam temaran malam. Dan tentunya bisa bertemu dengan begitu banyak orang bersama aneka watak dan tabiatnya tersendiri. Aku sungguh beruntung. Begitu indahnya dunia, bagi siapa saja yang penuh dengan harapan….

Balee Bamboo, 16 Nopember 2008

Innalillahi wa inna ilahi rajiun..

Addicated for my cousin

Allahumma firlaha, warhamha waafiha wa’fuaha…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar