Selasa, 18 Mei 2010

Belajar dari anak-anak

Saat itu menjelang Hari Raya Idul Fitri. Saya bersama anak, hendak pergi mengunjung rumah Ibu di kampung. Waupun uang kami hanya cukup untuk ongkos saja, kami tetap memaksakan diri untuk pergi, biarlah. Kapan lagi saya bisa berkumpul dengan ibu beserta saudara lainnya.

Namanya juga anak-anak, tidak bisa dibohongi. Tak mau tahu apa kita memiliki uang atau tidak. Dalam perjalanan menuju ke terminal ia melihat ada pedagang bakso dan meminta saya untuk membelikannya. Saya coba mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Lalu kami melalui sebuah pasar, dan anak itu meminta buah apel. Tentu saja saya tidak dapat memenuhi permintaannya lagi. Kebetulan banyak kuda tumpangan yang berkeliaran disana, lalu saya alihkan kembali perhatiannya untuk melihat kuda. Dia cukup senang, Alhamdulillah….

Akhirnya kami tiba di terminal. Namun ternyata permintaannya masih juga belum berhenti. Ketika melihat orang sedang berjualan kos bola didepan terminal, ia pun merengek menginginkan kaos itu. Tapi mau bagaiman lagi untuk kesekian kalinya saya tidak dapat memenuhi keinginannya. Saya menjadi merasa bersalah padanya.

Dengan terburu-buru, saya mengajaknya untuk segera naik kedalam bis yang akan kami tuju. Dia, saya biarkan duduk sendiri didekat kursi supir. Ia terlihat sangat senang. Apalagi banyak mobil yang berlalu lalang disana, hingga ia bisa melupakan keinginannya.

Tanpa disadari, ada seorang Ibu yang membawa sebuah keranjang yang dipenuhi oleh barang belanjaan dari pasar kemudian duduk tepat disebelah saya dan kami berbasa-basi. Ternyata kami menuju ke arah yang sama. Kemudian ia mengeluarkan tiga buah apel dan memberikannya kepada anak saya. Dia menerimanya dengan gembira dan memakannya dengan lahap. Sungguh saya sangat terharu karena Allah telah mengabulkan keinginan anak saya dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.

Tiba dirumah, semua saudara saya sudah berkumpul untuk menemani kami. Mereka memberikan uang kepada anak saya, termasuk neneknya. Padahal seharusnya saya yang memberi pada Ibu bukan kebalikannya. Sepertinya mereka tahu kalau saya sedang mengalami kesulitan ekonomi. Semua saku baju anak saya dipenuhi uang. Dan dengan uang itu, saya dapat membelikan dia kaos bola seperti yang diidam-idamkannya beberapa hari yang lalu.

Dari peristiwa diatas kita dapat mengambil hikmah, diantaranya:

· Allah itu Ar Rohman, Ar Rohim, Rob (Pencipta dan Pemelihara)

· Allah tidak akan membiarkan kita sendirian menghadapi hidup ini

· Belajar dari anak-anak, sepeti yang dikatakan Imam Ibnu Hanifah

- Mudah memafkan dan berbaikan kembali

- percaya rezeki itu ada

- Senang berbagi

Allahu Alam bishowab,

v

Bandung 26 Nopember 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar