Kamis, 20 Mei 2010

Kerudung cantik

Perasaan iri dan dengki selalu hadir menghiasi kehidupan manusia. Disadari atau tidak, perasaan tak nyaman itu muncul saat melihat orang lain selangkah lebih maju dari kita. Tak ada salahnya memang, semua itu manusiawi tapi jika kita biarkan terlalu lama bersemayam dalam hati, malah akan mencelakakan diri sendiri.

Selain itu, hal ini bisa menyebabkan kita jauh dari Allah karena terbakar perasaan dengki itu sendiri. Padahal orang yang kita maksud tak tahu menahu akan kedengkian itu. Dirinya malah lebih menikmati keberhasilannya.

Perasaan itu muncul dengan berbagai alasan, misal: iri seorang bawahan pada atasannya, iri kepada tetangga, irinya seorang perempuan ketika melihat orang lain tampil lebih cantik dari dirinya atau bahkan iri kepada saudara sendiri. Seperti pengalamanku berikut ini:

Di awal tahun sembilan puluhan, jilbab dan kerudung masih menjadi suatu hal yang masih langka. Tapi sekarang semua itu tersebar dimana-mana layaknya jamur dimusim penghujan.

Dengan beragam bentuk, hiasan maupun ukuran. Mulai dari hiasan bordir, sulaman, monte hingga motif lainnya. Aku sering memperhatikan orang lain yang mengenakan kerudung-kerudung cantik itu jika kebetulan mereka melintas didepanku.

Hhh, seandainya aku bisa mengenakan kerudung semacam itu, mungkin aku bisa tampil cantik seperti mereka, anganku.

Namun Ibu selalu mengingatkan aku bahwa kecantikan seorang perempuan bukan hanya berasal dari penampilan luarnya saja melainkan kecantikan yang terpancar dari dalam diri itu sendiri seperti budi pekerti, keramahan, sopan santun, dan masih banyak lagi hal lainnya.

Aku masih ingat. Saat itu menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun lalu. Salah seorang kakak perempuan yang tinggal di luar kota datang dengan sekarung keluhan. Kehabisan uang untuk ongkos mudik dan membelikan pakaian baru untuk anak-anaknya hingga tak bisa membeli untuk diri sendiri, tak sempat membawa oleh-oleh, dan masih banyak lagi alasan lainnya.

Tepat di hari Idul Fitri, ia masih bisa mengenakan satu stel pakaian muslim lengkap dengan kerudung cantiknya. Daripada penasaran, aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya

“Lho, katanya gak bisa beli baju baru?”

“Ini sih, barang cicilan! kebetulan ada langganan yang menawari,”

Aku hanya bisa menelan ludah ketika mendengar jawabnnya itu, sambil meliriknya sesekali. Kuakui kalau baju dan kerudung itu sangat menawan hati tapi tak ada hal yang dapat kulakukan.

Idul Fitri kali ini, untuk kesekian kalinya aku masih menganggur. Jangankan memikirkan membeli baju baru, melihat Ibu bisa memasak dan menyediakan hidangan bagi kami sekeluarga, sudah cukup bagiku.

Menurutku dia cukup beruntung, walaupun mencicil toh ia masih bisa mengenakan baju baru. Tapi aku…, untuk mencicilnya saja tak punya. Jadi segera saja kutepis semua harapan untuk punya baju baru di hari yang fitri ini.

Beberapa minggu kemudian ada salah seorang teman lama yang datang berkunjung dan menghadiahkanku sebuah kerudung cantik. Warnanya pun sama persis, hanya saja kerudung itu jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan kerudung milik kakakku itu. Tapi aku tetap bersyukur dan merasa kalau kerudungku jauh lebih cantik. Ternyata Allah Maha Adil.

Ah, untuk apa menyimpan perasaan iri dan dengki di hati ini. jika kita mau bersabar, kesabaran itu tak akan sia-sia karena Allah akan menggantinya dengan hal yang lebih baik tanpa kita duga sebelumnya.

Allahu Alam Bishowab,

v

Bandung, 15 Maret 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar