Senin, 25 Maret 2013

Segar... Menyegarkan

"Kawan, jangan pernah kau berpikir lain. Karena Tuhanmu, pasti tahu isi hatimu.."

Pagi itu, aku kembali membuka-buka buku catatan harian. Siapa tahu, ada rencana keluar rumah atau janji yg sempat aku lupakan. Ternyata, tak ada catatan apapun di sana. Hanya sebuah lingkaran merah dalam kalender yang bertanggal 23 Maret ini.
Ah ya, aku baru ingat! Aku sengaja menandainya sebab pada hari itu ada perayaan Ulang Tahun FLP ke-16 di Jakarta. Di usianya yang sudah menginjak remaja, FLP terasa seperti sebuah legenda untukku. Sementara aku, baru mengenalnya sekitar tujuh tahun yang lalu.
Selama itu pula, begitu banyak ilmu serta pengalaman baru yang bisa aku dapatkan di sana.
Mampu mewujudkan impianku semenjak lama merupakan kebanggaan tersendiri. Namun tanpa FLP, aku tak yakin bisa seperti sekarang. Meski karya-karyaku masih belum seberapa, tapi setidaknya aku sudah cukup merasa lega. Karena kini, mereka lebih mengerti dengan pilihan hidupku ini.
Sayangnya, seiring dengan berjalannya waktu serta kesibukanku sendiri, aku semakin jarang mengikuti agenda FLP. Paling hanya sebatas membaca infonya sekilas, lalu melupakannya begitu saja. Padahal dulu, agenda FLP ke luar kota sekalipun selalu aku kejar ke mana pun.
Hhh, sebenarnya bukan tak ingin hadir dalam acara seperti itu. Tapi Jakarta, cukup jauh dari tempat tinggalku dan dengan kondisiku yang seperti sekarang, rasanya harus kubuang jauh-jauh keinginan itu.
Kini, aku hanya bisa tersenyum kering. Lalu melengos pergi dan kembali meneruskan cucian yang sudah kurendam sedari tadi. Namun beberapa menit berselang, tiba-tiba saja sebuah panggilan masuk ke dalam ponselku.  Rupanya m'Ale yang menghubungiku.
"Syfa, hari ini ada acara Milad FLP di Jakarta, kan?" tanyanya diujung sana.
"Yup, memangnya kenapa m'Ale?"
"Bisa gantiin saya buat datang ke sana, gak? Saya mendadak berhalangan hadir, nih!" katanya lagi.
"Ooh," jawabku sembari melongo.
"Kalau bisa, langsung hubungi Wildan Nugraha aja. Rencananya, dia beserta rombongan dari Flp Jabar mau kumpul di Baltos jam 9.30." lanjut m'Ale sembari menutup teleponnya.
Klik... sambungan telpon pun terputus.
Aku hanya menghela nafas sembari melirik jam yang ada di dinding.
"Waah, sudah hampir jam 8 pagi! Berarti aku hanya punya waktu sekitar 1,5 jam lagi," batinku.
Meski aku sadar sepenuhnya, kalau waktu yang kumiliki benar-benar mepet tapi aku malah diam, melamun. Bukannya buru-buru menyelesaikan cucian yang tertunda, lalu segera bersiap-siap pergi. Atau memilih sarapan lebih dulu, barangkali.
*****

Begitu tiba dBaltos, aku celingukan sendiri. Suasana Baltos masih terlihat lengang dan sepi. Hanya terlihat beberapa orang mengantri di sisi kiri pintu utama. Kelihatannya, mereka sedang mengantri di mobil SIM keliling.
Lalu, di mana orang-orang yang kukenal? Tak ada rombongan, apalagi teman-teman Flp Jabar. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Apa aku sudah tertinggal ataukah  mereka memang masih belum datang?
Hari sudah semakin beranjak siang, tapi kami masih tetap berlima semenjak tadi. Ada k'Farid, k'Taufik Mulyana, k'Wildan Nugraha dan istrinya Ade Fariyani serta aku sendiri.  Ternyata banyak yang batal pergi, termasuk sekertaris Flpjabar Hendra Vejay, t'Maemun Herawati serta Eka, ketua baru Flp Jatinangor. Hingga akhirnya, mobil yang kami tumpangi baru meluncur meninggalkan kota Bandung sekitar pukul 11.00 siang.
Meski perjalanan kali ini bisa dibilang lancar, namun tetap saja kami tak bisa menghindari macet di dalam kota. Jakarta memang tak pernah bisa lepas dari kemacetan. Sekalipun dalam hitungan jam kerja, sama saja. Hingga akhirnya, kami baru sampai di tempat tujuan sekitar pukul 14.30. Rupanya, rombongan "Adew Habtsa dan Rekan" sudah tiba lebih dulu. Selain menjadi pengisi salah satu acaranya, mereka juga sama-sama datang dari Bandung. Entah dari jam berapa mereka start dari Bandung, hingga bisa sampai lebih dulu.
Setelah berhaha hihi sebentar dengan mereka, aku kembali mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. 

Hmm, nyaman sekali!
Rasanya, inilah salah satu bentuk ruang kerja idaman bagi setiap orang. Segalanya sudah tersedia lengkap  di sini. Mulai dari ruang kerja, ruang meeting, perpustakaan bahkan tersedia meja pingpong pula di sudut kirinya. Kalau sudah merasa lelah dan lapar setelah berolah raga, tinggal mampir ke cafe yang telah disediakan.

Bukan hanya itu, toiletnya pun terasa cukup nyaman seperti di rumah sendiri. Belum lagi desain ruangannya, yang benar-benar unik. Perpaduan antara outdoor bernuansa kebun dengan ruang kerja yang indoor. Kurasa, membuat betah siapa saja yang ingin datang berkunjung ke tempat ini.

Suasana nyaman dan kekeluargaan langsung terasa saat kami menginjakkan kaki ke Gedung Multimedia Telkom, terutama di lt. 6 tempat acara berlangsung. Sebuah spanduk berwarna hijau menyegarkan mata kami.


Meski dalam rencana acara akan dimulai pada pukul 15.00 atau selepas ashar. Namun masih banyak peserta yang terjebak macet diperjalanan. Sehingga acara baru bisa dimulai sekitar pukul 16.00 sore. 
Dengan sambutan dari dari M'Intan Savitri selaku ketua FLP Pusat, lalu dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan dari Qbaca telkom. Beberapa orang anggota senior pun ikut menyumbangkan pemikirannya, demi kemajuan FLP. Ada m'Jonru Ginting, k'Taufik Mulyana (Opik) serta perwakilan dari FLP Hongkong, dll
Kemudian acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng disertai penyerahan potongan tumpeng Milad FLP 16, secara simbolis. Hal ini juga menandai bentuk kerjasama antara ebook platform FLP dan Qbaca Telkom.
  


Setelah itu, acara kembali dilanjutkan dengan sebuah games. Games ini memang sengaja  dirancang oleh tim Humas FLP untuk memeriahkan acara. Penasaran seperti apa gamesnya? Hmm, kasih tau nggak ya? hehe... 
Kalian masih ingat tidak, salah satu kuis yang cukup terkenal di televisi, beberapa tahun yang lalu? Jawabannya, pasti banyak. Lalu, siapa yang tidak kenal dengan kuis "Who want to be Milionare". Rasanya, semua orang pasti tahu itu.
Nah, games kali ini sengaja didesain mirip kuis tersebut. Hanya saja semua pertanyaannya, tentu berkaitan dengan pengetahuan umum FLP. Namun sangat disayangkan karena dari 16 pertanyaan yang telah dipersiapkan, hanya bisa dijawab 3 oleh peserta kuis yang berasal dari masing-masing cabang itu. Sepertinya perlu dipertanyakan lagi tentang keFLPannya, neh! whehehe


Setelah lelah bermain, acara dilanjutkan dengan hiburan dari penampilan "Adew Habtsa dan Rekan." Sebenarnya, mereka ini merupakan salah satu bentuk transformasi grup musikalisasi puisi "Kapak Ibrahim" yang pernah ada di Flp Bandung. Hanya saja, karena kesibukan dari masing-masing personilnya hingga kini berganti nama dan tentu saja berganti personil. 
Entah kenapa, anganku jadi melayang pada moment-moment konser "Kapak Ibrahim" dengan format lama, beberapa tahun silam. Ada "Adew Habsta" di vokal dan gitar, "Lian Kagura" di biola dan lead vokal, "Noel Saga" di Vokal, "Riksa al Hasil" di Biola, "Hendra Veejay" serta "Teny Shenai" selaku manajernya.
Ah, aku jadi benar-benar rindu mereka T_T
Oh ya, kembali ke acara hiburan yang tengah berlangsung dihadapanku. Tak tanggung-tanggung, "Adew Habtsa & Rekan" langsung membawakan enam lagu sekaligus. Aplaus, buat mereka.
Ck... ck... semangat amat, yak! Padahal sekalian sealbum aja guys! =D 
Saking asyiknya mendengarkan musik hiburan. Hingga akhirnya sampailah pada acara yang paling ditunggu semua orang. Apa lagi kalau bukan acara makan-makan. Segala menu sudah tersedia, mulai dari nasi tumpeng tadi, pempek palembang, baso malang, es doger hingga es cendol. Pokoknya kenyang banget deh! :p
Masih belum cukup, kami juga mendapat oleh-oleh sekotak coklat sebelum pulang. Dengar-dengar sih, itu coklat oleh-oleh dari Hongkong. Entahlah, yang jelas bentuk dan rasanya masih tetap sama seperti coklat yang ada di Indonesia =D
 

Kau tahu, kawan? Aku masih sulit mempercayai kejadian yang baru saja kualami saat ini. Padahal rasanya baru kemarin aku sempat bilang, "Ah, ingin pergi jalan-jalan ke luar kota! Ke mana aja, dengan alasan apa aja yang penting bisa jauh dari rumah!"
Sungguh, aku tak pernah menyangka kalau Allah langsung mengabulkan keinginanku ini hanya berselang hari. Di luar dugaan, keinginan tersebut langsung terwujud begitu saja, hari ini. Maka jangan pernah kau berpikiran lain, sebab siapa tahu Allah segera mengabulkannya saat itu juga. Jadi, berpikirlah dan berharaplah segala hal yang terbaik untuk dirimu dan kita semua...


Bandung - Jakarta, 23 Maret 2013
Shēngrì kuàilè 16 FLP

Selasa, 19 Maret 2013

Untuk Sebuah Kepercayaan


Rasanya baru kemarin sore, aku berkeluh kesah padamu. Rupanya, sudah hampir setahun aku tinggalkan. Ah, sesibuk apa diriku selama ini hingga tak bisa meluangkan waktu sebentar saja untuk menengokmu?? Maaaf...
Hhh, aku masih ingat betul kala itu.
Tepat dua hari menjelang Ulang Tahunku, setahun yang lalu. Tiada angin, tiada hujan, kau tiba-tiba saja menghubungiku lewat akun jejaring sosial. Lalu, kau mengajakku berjuang bersama. Aku bengong. Sungguh, aku tak mampu berpikir apapun saat itu.
Seingatku, umur perkenalan kami masih seumur jagung. Itupun hanya sebatas perkenalan biasa.  Bagaimana mungkin, aku bisa berpikir hingga sejauh itu? Sungguh, tak pernah terbersit sedikitpun di kepala ini.
Justru, aku malah meragukan kebenarannya. Apa kau bersungguh-sungguh atau hanya iseng belaka. Kalau memang benar, kenapa kau tak datang ke rumahku dan temui kedua orang tuaku?
Mungkin, ajakan seperti ini akan menjadi hal yang paling ditunggu bagi orang lain. Sayangnya, tidak untukku. Terlepas dari jujur atau tidaknya, niat baikmu. Tapi maaf, aku masih belum siap. Jujur saja, aku tak pernah bisa percaya begitu saja pada orang yang baru kukenal dari dunia maya hingga kapanpun.

Kau baru mengenalku. Kau tak pernah tahu apa-apa tentang diriku. Apa kau mau menerima semua kekuranganku? Kau tahu, kehidupanku terlalu rumit untuk dimengerti. Apa kau juga mau memakluminya? Apa kau sanggup menerima segala resiko yang akan kita hadapi dikemudian hari? Aku hanya tak ingin kau menyesal telah membuat keputusan besar seperti ini.
Andai saja, kau memang telah siap. Tapi maaf, perasaanku justru mengatakan sebaliknya. Rasanya, aku masih belum sanggup mempercayakan semua rahasia hidupku pada orang lain. Termasuk dirimu. Kau tahu? Menaruh kepercayaan pada seseorang itu tak semudah membalikan tangan. 
Sungguh, aku tak ingin salah pilih orang lagi. Aku tak ingin ketulusanku dan kepercayaanku disalah gunakan seperti dulu. Aku hanya berusaha menjadi pribadi tegar meski sebenarnya masih terlalu jauh dari harapan.


Dan kali ini, aku masih tetap memanjatkan doa yang sama,
"Berikan pengganti dirinya yang jauh lebih baik darinya, jauh lebih pengertian, tulus serta bisa aku percaya seutuhnya."
Kenapa, semua ini terasa sulit sekali aku jalani? Kapan, orang yang bisa kupercaya sepenuhnya bisa hadir dihadapanku. Hanya seorang, diantara sekian ratus juta orang yang hidup di dunia ini. Hanya seorang, yang memiliki hati yang tulus untuk menerimaku. Tapi rasanya, semua ini jauh lebih sulit daripada mengumpulkan sejentik berlian.
Apakah di masa kini, nilai sebuah kepercayaan sudah tak ada harganya lagi atau memang kepercayaan itu sudah tak ada tandingannya lagi di dunia ini?



   
Pondok Abu, Maret 2013