Selasa, 18 Mei 2010

Belum saatnya

Sebelum hujan kembali menderas seperti tadi siang, aku putuskan pulang lebih awal. Setelah kurasa tak ada yang tertinggal dan mengunci pintu kantor, aku bergegas menuju terminal angkutan umum.

Ternyata, tak satu pun angkutan umum yang dipenuhi penumpang. Semua kosong…, semua lengang. Mau tak mau, aku harus menunggu tentunya. Harapanku untuk pulang lebih cepat, sirna sudah! Kini, aku harus ikut menunggu. Menunggu penumpang lain, menunggu sebuah ketidakpastian, menunggu diantara lalu lalangnya orang di terminal dihiasi kepulan asap rokok yang tak ada habisnya.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya kotak mesin ini pun mulai melaju, menembus rapatnya rintik gerimis, membelah jalanan kota bandung. Baru beberapa menit, angkutan umum itu melaju, pak sopir mulai melambatkan kecepatan dan berhenti persis di depan sebuah perusahaan garment.

Ah, jangan disini! Duuh, kenapa harus berhenti di tempat ini, batinku

Tempat tersebut memang cukup familiar dimataku. Bagaimana tidak, tempat itu adalah perusahaan yang pernah kutinggalkan beberapa tahun silam tapi…

Ya sudahlah, kita ambil sisi positifnya saja. Mungkin pak sopir berharap mendapatkan penumpang lebih banyak disini, pikirku mencoba berbaik sangka. Aku kembali melirik jam di pergelangan tangan. Sudah pukul setengah lima sore.

Saatnya mereka pulang, bathinku lagi sambil mencoba menarik nafas dalam-dalam.

Ternyata dugaaanku tak meleset jauh. Hanya selang beberapa meter dari tempat angkot ini berhenti, teman-teman lamaku bergerombol. Tentu saja posisiku yang duduk di dekat sopir dapat terlihat dengan jelas.

“eh itu, si Ima…” pekik salah seorang diantara mereka.

Tanpa menunggu perintah, mereka sebergegas menghampiriku.

“Ima…dah nikah belum?” tanya Yesi. Logat Padangnya yang kental, sudah menjadi ciri khas dia membuat teman-temannya tak mudah untuk melupakannya.

“Sudah bertahun-tahun tak bertemu hanya itu yang mereka tanyakan. Sungguh menyebalkan!” aku menggerutu sendiri.

Belum sempat kujawab, angkot itu kembali melaju. Untung saja!

Ah, teman-teman lamaku. Mereka tidak pernah berubah, dari tahun ke tahun tetap saja selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Dan aku pun tetap sama, tak pernah memiliki jawaban lain.

Selepas jarak yang semakin menjauh, aku hanya tersenyum getir. Aku baru sadar kalau tahun depan usiaku sudah menginjak kepala tiga. Bukankah saat-saat itu, adalah masa-masa kritis bagi seorang perempuan yang masih menyendiri seperti aku.

Menikah…? Setiap orang pasti merindukan moment itu. Tapi menikah itu tak segampang membalikkan telapak tangan. Allah telah mengatur semuanya, ada yang memang bisa menikah dalam waktu yang cepat, tapi tak sedikit yang mendapat giliran dalam waktu yang lambat.

Tak bisa kupungkiri, ada perasaan tak nyaman dalam hati bila melihat teman atau saudara kita terlihat asyik bersama pasangan masing-masing. Sedangkan aku..? kemana-mana harus selalu sendiri. tapi mau apa lagi. Tak ada hal lain yang bisa aku lakukan. Hanya bisa bersabar, berusaha dan berdo’a. Nyaman atau tidak, aku harus tetap ikhlas menjalaninya.

Selang beberapa hari dari peristiwa itu, ada sebuah bisikan dari hati kecilku. Bisikan yang membuatku merasa lebih baik dan tetap memandang segala hal dengan lebih bijaksana

“Kenapa harus mempermasalahkan status pernikahan? Menikah itu, bukanlah menyelesaikan masalah tapi memulai permasalahan. Lihatlah orang yang ada di sekelilingmu yang telah menikah, apa mereka cukup bahagia? Tidak semua, kan? Justru dengan menikah, tanggung jawab mereka menjadi bertambah, beban hidup mereka menjadi bertambah, ujian kesabaran mereka semakin bertambah pula.

Sadarilah, saat ini kamu masih memiliki orang tua yang selalu mendampingimu. Biarpun, usia mereka sudah tak muda lagi tapi bukankah keduanya masih utuh. Semua ini anugerah bagimu dan tak semua orang memiliki kesempatan seperti ini. Jadi, manfaatkanlah waktu yang kau miliki untuk tetap berbakti pada mereka.

Urusan menikah, memang belum saatnya. Toh, seandainya sudah saatnya, Allah pasti akan memudahkan segalanya. Seperti pekerjaan yang kau jalani saat ini, tak ada seorang pun yang bisa menduganya. Yakinlah..Allah tak pernah tidur...

Beranda Azalea, penghujung Nopember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar