Rabu, 26 Mei 2010

Pesan Terakhir

Bicara tentang kematian, maka tidak ada satu nyawa pun yang bisa luput dari genggaman-Nya. Kematian tak hanya datang menghampiri si tua yang telah renta ataupun si sakit yang hidupnya hanya tinggal menanti hari. Namun kematian bisa saja datang kapan dan dimana saja, menyapa siapa saja. Bisa menyapa anak kecil yang masih belia ataupun si muda yang masih sehat dan enerjik. Who’s know?

Tak ada yang tahu kapan dirinya akan dijemput, hingga sudah sepantasnya apabila kita selalu bersiap sedia setiap saat. Seandainya saja manusia tahu kapan ajal akan menjemput dirinya mungkin kehidupan di dunia ini akan aman dan tentram. Tak ada penipu, tak ada koruptor, penjahat atau anak durhaka sekalipun. Hingga pada akhirnya neraka akan sepi.

Tapi, semua itu takkan pernah terjadi karena Allah telah menciptakan semua hal berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada hidup ada mati, ada baik ada jahat, ada surga ada neraka dan begitulah semua berjalan hingga hari akhir.

Terkadang ada hal yang ingin disampaikan oleh seseorang menjelang kematiannya. Sayangnya, kita tidak pernah menyadari kalau semua hal itu merupakan sebuah pertanda. Seperti pengalaman kedua sahabat saya yang pernah ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka sayangi.

· Sebutlah namanya Dzul, bukan nama sebenarnya.

Beberapa waktu yang silam, adik Dzul ini sakit keras hingga harus dirawat di Rumah Sakit. Menurut penjelasan dokter, adiknya ini menderita penyakit TB-Paru. Apalagi dia memiliki koreng pada kakinya yang tak kunjung sembuh membuat penyakit yang dideritanya menjadi semakin parah.

Selama satu bulan dirawat disana, namun kondisi adiknya ini tidak kunjung membaik. Hingga pada puncaknya ia mengalami koma selama 24 jam. Namun, keajaiban itu muncul. Tiba-tiba saja dia sadar dan kondisinya semakin hari semakin membaik hingga bisa kembali ke rumah.

Semenjak peristiwa itu, adiknya benar-benar sembuh. Ada perubahan yang signifikan pada perilaku adiknya ini. Prilakunya benar-benar berubah. Ia menjadi rajin mengerjakan shalat Tahajud, Dhuha, apalagi shalat wajib yang lima waktu tak pernah ia tinggalkan serta tentu saja mengaji. Semua pekerjaan rumah pun ia kerjakan sendiri. Tak ada kata malas, takut ataupun lelah, ia tetap ikhlas menjalaninya.

Suatu ketika, adiknya ini bercerita kalau dulu disaat dirinya koma ia bermimpi berada ditengah-tengah sebuah telaga yang luas. Ia merasa takut dan ingin pulang. Tapi ia tak tahu bagaimana caranya untuk mencapai tepian sedangkan tak ada sebuah perahu atau rakit sekalipun disana. Kemudian ia bertemu dengan seorang kakek yang mengendarai sebuah rakit. Kakek itu berpesan “..rajin-rajinlah kamu untuk sholat dan mengaji ya, nak!”. Sesudah itu ia sadar kembali dari masa kritisnya itu.

Kami sekeluarga benar-benar bersyukur atas kesembuhannya ini. Namun tepat satu tahun setelah kepulangannya dari rumah sakit, dalam kondisi sehat menurut pandangan kami, ia menghembuskan nafasnya terakhirnya. Ia kembali keharibaan-Nya. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun

· Sebutlah namanya Kas, bukan nama sebenarnya.

Syawal 1426 H mungkin menjadi saat-saat terberat dalam hidup Kas. Disaat belum surut kesedihan yang menimpanya karena kehilangan ibunda yang tercinta. Seminggu kemudian, ayahandanya pun pergi menyusulnya. Pergi meninggalkan dirinya untuk menghadap sang Khaliq.

Kejadian itu benar-benar membuatnya sangat bersedih dan terpukul. Ia sempat mempertanyakan keadilan Allah itu ada dimana, ia benar-benar putus asa. Hingga pada hari ketiga setelah kematian ayahnya itu, diantara sadar dan tidak sadar, Kas melihat ayahnya datang dan mendekatinya. Kemudian beliau berkata “.ojo kelalen sholat ya ndo!” (..jangan lupa sholat ya, nak! =red).

Sejak saat itu, Kas segera sadar telah menyalahkan Allah atas kejadian ini. Padahal Allah Maha Tahu, semua hal yang terbaik bagi dirinya di hari esok. Kas segera bertobat, dan ia mengaku merasa takut untuk meninggalkan ibadah yang satu ini.

Allahummaghfirli wali wali dayya warhamhuma kamaa rabbayani shogiro..”

Ya Allah, ampuni segala dosa-dosaku dan dosa ibu bapakku, kasihanilah mereka seperti mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil…

Tak ada hal yang istimewa dari kedua peristiwa diatas. Tapi mungkin kedua hal itu bisa kita jadikan cermin, bahwa kita tak pernah bisa menerka kapan ajal akan menjemput. Kematian adalah salah satu episode kehidupan yang harus dilalui oleh setiap mahluk yang bernyawa. Cepat atau lambat, mau tak mau, kehidupan ini pastilah akan berakhir.

Dan tentunya, peristiwa kematian ini harus bisa kita terima dengan ikhlas dan lapang dada. Karena semua hal yang berada disamping kita adalah milik Allah semata. Semua itu hanyalah titipan. Kita hanya diberi kesempatan untuk memelihara dan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Dan jika suatu saat Allah akan mengambil milik-Nya kembali, kapanpun saatnya. Kita harus tetap ridho dan ikhlas.

Ingatlah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sahabat, bertaubatlah atas segala kelalalaian dan kehilafan yang telah kita lalui, sebelum terlambat.

Allahu Alam Bishowab…

v

Bandung, 12 Muharam 1428 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar