Senin, 13 Februari 2012

Salah Satu Sisi lingkaran


Bergabung dengan Forum Lingkar Pena Bandung sepertinya memberikan kemajuan besar dalam hidup saya. Saya masih ingat bagaimana awal mula saya bergabung. Waktu itu saya sedang libur, bersantai-santai di rumah sambil mengakses internet. Satu email masuk ke inbox saya dari milist FLP, mengabarkan bahwa FLP Bandung menerima anggota baru. Sudah lama saya mengikuti milist-nya, tetapi tidak pernah bergabung dalam organisasinya. Saya pun membalas email itu dengan biodata singkat. Email saya itu langsung dibalas oleh Jaka Arya Pradana, sang pengirim email penerimaan anggota baru. Katanya langsung saja datang ke Dekranasda Hari Kamis ini. Tapi saya sudah punya rencana akan berlibur ke Semarang. Kalau begitu, datang di pertemuan Kamis minggu depan di Masjid Salman saja, saran Jaka.
Sore itu pun saya berangkat langsung dari RS Hasan Sadikin, tempat saya magang. Saya cukup excited, akan menemukan apa di Masjid Salman nanti. Setelah datang dan shalat Ashar saya mencari Forum Lingkar Pena. Semula saya berpikir akan mudah menemukannya, cukup mencari sekumpulan orang di selasar masjid, pasti yang itu.
Ternyata tak mudah. Sangat jarang saya singgah di Masjid Salman. Baru kali ini saya melihat masjid yang begitu ramai dengan aktivitas, padahal bukan Hari Jumat. Banyak sekali kumpulan-kumpulan orang yang duduk membentuk lingkaran di selasar masjid. Membuat saya semakin bingung menemukan mana di antara lingkaran-lingkaran manusia ini yang merupakan Forum Lingkar Pena.
Saya menelepon Jaka lagi, katanya dia masih dalam perjalanan. Saya menunggu saja di selasar Masjid Salman sambil membaca buku. Sampai saya menemukan lingkaran baru yang terbentuk di halaman dekat menara Masjid Salman, saya telepon Jaka lagi untuk mengkonfirmasi. Ternyata benar. Saya pun bergabung dengan lingkaran itu, menjadi pendatang baru.
Saat itu saya duduk tepat di samping Bapak Irfan Hidayatullah, seorang penulis yang sudah tak asing lagi namanya. Selain itu saya juga bertemu dengan penulis-penulis muda seperti Dedi Setiawan, Sri Al-Hidayati, dan yang paling humoris di lingkaran itu, Adew Habtsa. Hari itu materinya tentang puisi.
Pada pertemuan ketiga (kalau tidak salah, saya agak lupa-pen.), saya nekat membawa esai saya yang berjudul “Lokalisasi Setengah Hati”. Saya senang memperlihatkan karya saya kepada orang lain. Buat apa hanya menyimpannya menjadi konsumsi pribadi saja. Kalau karya saya ternyata menarik, tentunya akan diapresiasi. Kalaupun tidak menarik, saya akan mendapatkan koreksi. Tetap untung, tidak ada ruginya. Alhamdulillah. Esai saya itu dianggap sudah enak dibaca. Saya pun jadi semakin percaya diri untuk terus berkarya.
Dulu saya pernah berpikir seperti ini, tak perlulah seorang penulis bergabung dengan kelompok-kelompok sastra. Bukankah secara independen pun bisa. Tinggal menulis lalu mempublikasikannya. Tapi semangat menulis perlu dipelihara. Sebagai seorang mahasiswa di Fakultas Kedokteran, di mana hobi menulis jarang diekspos dan dikembangkan, memelihara semangat menulis itu tak mudah. Berbeda jika kita selalu bertemu dengan orang-orang dengan hobi yang sama, dengan frekuensi yang cukup sering. Ditambah lagi dengan rasa iri yang positif ketika mengetahui tulisan teman kita dimuat di media massa atau memenangkan suatu prestasi.
Ternyata banyak manfaat yang saya dapatkan sejak bergabung dengan Forum Lingkar Pena. Di Forum Lingkar Pena, wawasan saya bertambah. Saya jadi lebih “melek sastra” walaupun belum dapat mempraktekkan ilmunya secara sempurna. Wildan Nugraha, seorang penulis esai, menjadi pembimbing saya. Memberi tau saya apa itu gaya bahasa. Menyadarkan saya bahwa pemilihan kata dengan akhiran yang sama di karya-karya saya itu namanya aliterasi.
Ada juga Topik Mulyana, penulis yang benar-benar sarjana sastra, bahkan calon magister. Beliau tak pelit membagikan ilmunya. Teori-teorinya tentang sastra dan cerita-ceritanya tentang sejarah para penulis sangat membuka wawasan saya terhadap dunia sastra. Dari beliau saya mengetahui bahwa pengulangan kalimat di awal paragraf yang biasa saya mainkan di karya-karya saya itu namanya redundansi. Dari beliau juga saya tau tipikal tulisan-tulisan saya itu tergolong melankolik.
Selain itu, Forum Lingkar Pena juga menjadi ajang silaturahmi bagi saya. Saya banyak mengenal teman-teman baru dari universitas dan profesi yang berbeda. Bahkan dari golongan umur yang berbeda-beda. Baru kali ini saya menjalin pertemanan dengan seorang remaja muda, yang mungkin lebih muda dari adik bungsu saya, dan seorang ibu yang usia anaknya tak berbeda jauh dengan saya. Kadang kami saling berbagi ilmu.
Forum Lingkar Pena pun menjadi semacam pelampiasan bagi saya, yang mulai muak dengan padatnya jadwal di P3D (magang-pen.). Setiap kamis sore saya me-refresh isi kepala saya dengan ilmu-ilmu sastra dan jurnalistik. Kalaupun saya tidak tertarik dengan tema pertemuan kali itu (saya kurang tetarik dengan puisi), kadang saya tetap pergi. Bahkan ketika tugas referat atau presentasi menunggu di keesokan harinya pun, saya tetap datang. Hanya sekedar bersilaturahmi dan refreshing.
Inilah sedikit cerita saya dan keanggotaan baru saya di Forum Lingkar Pena. Juga manfaatnya yang banyak sekali saya rasakan sejak saya menjadi salah satu sisi dari lingkaran yang tak terhingga jumlah sisinya itu.

19 Maret 2010
Thareq Barasabha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar