Kuakui, belakangan ini aku merasa sangat kelelahan.
Terlalu berambisi untuk mengejar setiap celah kesempatan yang terekam dalam
pandangan hingga melupakan kondisi fisik sendiri. Terlalu asyik berpetualang di
tiga atau bahkan empat kota yang berbeda dalam kurun waktu yang sempit.
Emang sih, semua itu merupakan sebuah kesempatan langka
tapi kalo ujung-ujungnya kecapen terus ngeborong macem-macem penyakit kayak muntahber,
radang tenggorokan, demam, susah makan, susah ngomong.
Ih bete!! enggak
enak banget, diem...tiduran doang, gak ngapa-ngapain bawaannya pusing, liat
tulisan dimana-mana sama..bulet-bulet kayak kue
bakpaw...Ah, rasanya lengkap sudah penderitaanku. Hya, pokoknya have nice a bed rest,we!
Sebenarnya, hati dan perasaanku yang lebih kacau dan gak
karuan lagi. Saat teman yang paling dekat denganku pamit pergi keluar kota
untuk bekerja. Biarpun aku sudah memperkirakan peristiwa itu bakal terjadi dan
telah berulang untuk kedua kalinya tapi tetap saja kesedihan itu enggan
beranjak pergi. Aku masih sedih kalo harus kehilangan teman sebaik dia.
Aku tahu dia tak pergi jauh, bukankah kita masih bisa
berkomunikasi via sms ataupun telepon? Dan yang paling penting pekerjaan
tersebut sangat dia idamkan. Bagaimana jadinya kalau dia menolak tawaran yang
begitu sempurna? Aku tahu betul impiannya. Tentunya, aku dukung keputusannya
kali ini, biarpun aku sendiri merasa luka.
Aneh juga sih!...aku cukup terpukul dengan keputusan yang
dibuat sendiri. Aku...suka aja temenan sama dia, abis orangnya lucu,
selalu bikin aku tersenyum dan ketawa, terus enak diajak ngobrol pula. Dia juga
gak pandang genre. Kan ada tuh orang
yang sok jaim, bikin kita kikuk kalo mo ngomong ma tu orang.
Dan yang paling membuatku merasa kehilangan adalah
ketulusannya sebagai seorang sahabat benar-benar sudah teruji. Dia tak pernah
pergi dari sisiku saat sedang susah, apalagi kalau sedang senang. Dia selalu
ada untuk menghiburku, membuat semua hal yang terasa berat menjadi ringan dan
hilang. Jarang ada lho orang yang mau nemenin kita saat kita lagi susah!
Aku bisa bebas bercerita akan banyak hal padanya. Dan
berhubung aku ini cewe yang ribet dan banyak ngomel, dia sih santai-santai aja
nanggapin semua keluhanku. Paling cuma komentar dikit, kalo nggak ”hmm”, ”ohh”, atau ”sudahlah” tapi anehnya setelah itu aku bakal ngerasa
ringan saja, kayak abis bawa sekarung
sampah terus dibuang ke tempat sampah. Plong..., gitu!!
Disaat dia pamit, tentu aja aku kelabakan kayak kebakaran
jenggot. Rasanya ada gempa lokal disekitar tanah tempat aku berpijak.
Sepertinya, semangat hidupku menghablur entah kemana. Aku gak tahu mo ngapain,
rasanya hidup ini terasa timpang. Aku berusaha mencari milikku yang hilang tapi
tahu apa.
Kerjaanku cuma nangis dan bersedih! Uuh, ko aku jadi
cengeng begini sih! Aneh, padahal kalo lagi patah hati biasanya aku masih bisa
ketawa ketiwi tapi kehilangan sahabat seperti dia, bisa berpengaruh pada
kondisi fisikku. Dan lihat saja, beberapa hari kemudian... kondisiku langsung
ngedrop kayak sekarang.
Namun ada satu janji yang belum kutepati. Sebuah janji
yang kali ini benar-benar menguji ketulusanku sebagai sahabatnya. Sebuah janji
untuk mencarikan seseorang untuk dijadikan permaisuri hatinya. Nah itu yang
berat, padahal sendainya aku bisa
menyanggupi permintaannya, tentu saja ketulusanku sudah teruji untuk menjadi
sahabatnya. Apa aku bisa mewudkan kemurnian janji itu? Hya, moga aku bisa dan
ikhlas...Allahu alam
Intinya, aku sadar. Mungkin umur persahabatanku dengannya
hanya sampai disini. Biarpun hanya seumur jagung, tapi begitu banyak hal yang
dapat kami raih disini. Dan semoga kami dapat menjalani sisa hidup ini dengan
jalan hidup masing-masing. Semoga suatu hari nanti, aku bisa mendapatkan
seorang pengganti yang lebih baik darinya. Semoga...
Bandung, 4 Pebruari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar