Kamis, 13 Januari 2011

Mixed

Untuk sebuah hati

Yang tidak bisa dibohongi

Apakah ini mimpi

Ataukah hanya ilusi

Suatu waktu, seorang kenalan mengatakan kalau rahasia seorang gadis, pasti tertulis dalam buku hariannya. Aku terkekeh, karena memang sependapat dengannya.

Tapi… tentu saja, aku takkan sama dengan mereka. Kalau kau mau, kau bongkar saja isi kamarku. Apakah pernah kau temukan surat-surat ataupun puisi cinta? Pasti kau takkan pernah menemukannya, selain lembaran rupiah yang lupa kuselipkan di salah satu sudutnya.

Tahukah kau? ketika tiba-tiba saja kita temukan salah satu lembarannya, rasanya seperti baru menemukan harta karun. Apalagi kalau kita sedang benar-benar membutuhkannya. Luar biasa membahagiakan..

Sejujurnya, aku pun sama seperti mereka. Aku punya perasaan, aku bisa jatuh cinta, bahkan terkadang aku pun bisa kecewa dan terluka. Aku juga tetap mencurahkan semua perasaanku melalui kertas saat aku merasa bahagia ataupun bersedih. Hanya saja, aku akan membuangnya, saat hatiku mulai membaik.

Dan hingga saat ini, ada sesuatu yang masih mengendap dalam hatiku. Bila itu sebuah rahasia, aku tak pernah tahu, bagaimana mengungkapnya. Bila itu sebuah masalah, aku tak pernah tahu bagaimana menyelesaikannya. Apa perlu aku ceritakan padamu, agar hati ini menjadi lebih lega. Tapi ingat! jangan bilang siapa-siapa, hanya kau saja yang kuberitahu.

Sekitar empat tahun lalu, aku mengenal seseorang. Sejak pertama kali mengenalnya, aku tak pernah menyukainya. Jelasnya, aku tak pernah menyukai segala hal yang berkaitan dengannya, mulai dari kesukaannya penampilannya hingga kehidupannya. Entahlah, apa alasannya.

Segala hal yang menjadi kesukaannya, akan menjadi hal yang aku benci. Apapun yang menghiasi penampilannya membuatku merasa tak nyaman melihatnya. Begitu pula dengan kehidupannya, dia lebih dikenal sebagai sosok yang ramah, hangat dan bersahabat. Tapi dimataku, dia adalah sosok yang dingin dan kaku.

Biarpun kami sudah lama saling mengenal, tapi kami tak pernah bertegur sapa sedikitpun. Jadi, bagaimana dia bisa peduli dengan orang sederhana sepertiku? Pokoknya dia itu lebih mirip menjadi tokoh antagonis dalam hidupku.

Anehnya, segala hal yang tak kuinginkan malah berkeliaran bebas dalam hatiku. Sungguh, aku tak ingin membiarkan nama itu muncul apalagi tumbuh subur dalam hatiku. Semakin dalam rasa benciku padanya, makin keras usahaku untuk membunuhnya, Namun namanya tetap bersemayam dalam hatiku. Padahal, aku tak pernah menginginkannya, sungguh.

Empat tahun lalu, aku pernah berkata “Andai dia untukku. Aku tak perduli, bila saat ini dia mencintai siapa ataupun bersama siapa. Karena dia pasti akan kembali kesisiku, cepat atau lambat”

Oh, apakah dia orangnya, yang akan menemani perjuangan di sisa hidupku? Seandainya boleh memilih, aku ingin memilih orang lain selain dia tapi bila tidak, aku harus ikhlas menerimanya.

Akhir'a aku tahu, kalau dia bukan orang yang terbaik untukku, hingga detik ini dia telah melabuhkan hatinya pada orang lain yang mencintainya..

Tanpa mengingatnya lagi.. tanpa menyebut namanya lagi.. Semoga kisah ini, akan berakhir sampai disini,..

8 Maret 2011