Minggu, 03 Oktober 2010

Takkan Pernah Sama

“Hanya Allah yang mengetahui, apa yang terbaik untuk hidup kita dulu, kini ataupun nanti. Berikan yang terbaik dalam setiap gerak langkahmu..”

Begitu indahnya dunia, hingga tak seorang pun yang pernah sadar berapa lama waktu yang telah dia lalui dengan percuma. Begitu pula denganku.

Malam ini, aku sendirian dan kesepian. Tak ada cahaya bintang yang terang benderang. Bahkan rembulan pun, enggan menampakkan keelokannya.

Maaf, telah mengusik ketenanganmu. Siapa lagi yang bisa kuandalkan selain dirimu. Tolong penuhi permintaanku, kali ini saja. Duduklah disampingku dan temani aku bercerita tentang sebuah kisah sederhana. Tapi… aku bingung harus memulainya dari mana.

Suatu ketika, aku melihat seorang kenalan memajang foto Ulang Tahunnya di facebook, dia terlihat begitu bahagia. Foto itu, tentu saja tak ada kaitannya denganku. Namun, foto itu benar-benar membuatku seperti tersadar dari mimpi.

Kau tahu, apa yang pertama terlintas dikepalaku? Ya benar, surat itu. Selembar kertas yang sering kali membuatmu iri. Susah payah kudapatkan surat itu dari sahabat pena nun jauh disana.

Hingga kini, surat itu masih tersimpan rapi di laciku. Lipatannya pun masih sama persis, seperti saat pertama kali aku dapatkan dari tukang pos langgananku. Aku masih ingat betul pesannya.

Berjuanglah! hidupmu, pasti akan lebih bermakna dikemudian hari. Allah Maha Tahu dari yang kau perlu.” Katanya.

Ah, siapa yang menyangka kalau kata-kata sederhana ini bisa berubah menjadi sebuah kenyataan. Kau benar, kita memang tak pernah tahu, akan rencana Allah untuk hidup kita di masa kini ataupun nanti.

Rasanya baru kemarin, aku mendengar kabar sakitmu. Rasanya baru kemarin, depresi itu meracuni hari-hariku. Aku tahu, adalah pilihan sulit bagi-NYA untuk memilih diantara kita berdua. Ingat! Kau harus percaya bahwa Allah pasti selalu memiliki pilihan tepat untuk kita.

Sungguh, aku tak pernah menyangka kalau DIA akan memanggil dan membuatmu tertidur panjang secepat itu. Tapi kenapa DIA lebih memilih menyelamatkan aku dan memberiku kesempatan kedua?

Orang bilang, DIA lebih menyayangimu. Kurasa mereka keliru, DIA tetap menyayangi kita berdua. Buktinya, DIA masih memberi aku kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri. Biarpun tak lagi memperpanjang penderitaanmu.

Namun, putaran waktu bisa membuat seseorang berubah. Ketika sikap emosional ini muncul, seringkali aku tak mampu mengendalikannya. Sungguh, bukan inginku, menjadi seperti ini. Sayang, tak semua orang mau memaklumi keadaan ini. Tak terkecuali orang-orang yang berada disekitarku.

Apa mereka sanggup memahami, bagaimana usahaku untuk mengilangkan perubahan sikap selama ini? Rasanya tidak. Mereka hanya menuntutku untuk berbuat lebih sempurna, tanpa mau memaklumi keadaan yang sebenarnya.

Serupa, tapi tak sama. Biarpun terlihat sama tapi tetap saja berbeda. Dan itulah diriku dimasa kini. Bagaimanapun, aku tetaplah aku, orang yang pendiam dan rapuh. Mungkin hanya kamu yang paling mengerti keadaanku yang sebenarnya.

Ternyata sudah lima tahun, aku jalani kesempatan kedua ini tanpa terasa. Lima tahun yang tak sebentar, hanya kulalui dengan berleha-leha. Ya Allah, ampuni kelalaianku

* * *

Bandung, 16 Mei

Addicated for somebody who’s never we look again

Tidak ada komentar:

Posting Komentar