Rabu, 21 Maret 2012

Tiga Permintaan

"Ternyata Allah tak pernah membiarkanku sendirian. Itulah anugerah terindah yang pernah kumiliki..."

Berawal dari keisenganku  memasang status di salah satu jejaring sosial, tiada kusangka akan menuai berbagai reaksi dari orang-orang terdekat. Padahal, aku cuma takjub atas do'a tulus dari semua teman dan juga sahabat yang tersebar di bumi Allah yg luas. Mulai dari Aceh, Bandung, Bogor, Malaysia, Karawang, Samarinda Semarang, Surabaya, Malaysia, Jepang hingga Belanda. Hingga aku merasa tak sendirian di hari Ulang Tahunku ^_^

Meski telah lama  berlalu, namun hal tersebut tetap menjadi moment yang paling istimewa selama beberapa tahun terakhir.Tanpa selebrasi apapun, kulalui hari itu seadanya. Tak ada kue istimewa, apalagi sahabat sejati yang datang menemuiku. Hanya meniup lilin pun, baru kulakukan tadi malam. Itu pun karena mati lampu :D

Aku jadi ingat. Kata orang, usai meniup lilin, seseorang yang berulang tahun akan mengucapkan permintaan maka permintaan tersebut akan dikabulkan. Saat ini, aku memiliki tiga permintaan. Masih bisakah Engkau mengabulkanya?

Pertama, aku ingin menikah...
Aku memang ingin menikah tahun ini. Tapi, aku nggak ingin terburu-buru. Aku ingin memilih yang terbaik untuk segala-galanya. Baik untuk diri sendiri atau pun kehidupan orang-orang di sekitarku. 
Aku tak ingin membuat mereka terluka dan kecewa hanya gara-gara aku. Aku hanya ingin menikah dengan restu dan kebahagiaan dari mereka. Jika tidak, aku harus bersabar menunggu saatnya tiba daripada menyesal seumur hidup.     
Tapi... entah suatu kebetulan atau tidak. 
Dua hari menjelang hari Ulang Tahunku, salah seorang kenalan di luar kota mengajakku menikah. Biarpun sedang dikejar target nikah tapi saat ini, sungguh kepalaku tidak sedang berpikir ke arah sana. 
Terlintas sedikit pun tidak. Kalaupun aku iya, aku takkan memilih dia. Bukannya aku terlalu pemilih, tapi semenjak pertama kali bertemu dengannya dan mengenal pribadinya, aku memang tidak begitu suka dengannya. 
Kata orang, kalau kita merasa setengah hati, lebih baik tinggalkan. Maka aku memilih menolak lamarannya. Boro-boro setengah hati, yang ada malah ill feel padanya. Aku pasrah, kalau memang keputusanku ini memang salah... T_T
Lagipula, ada hal lain yang lebih menyita perhatianku.  Sementara itu, aku tak ingin lagi mengeksplornya lebih  jauh. Cukup hanya Allah yang mendengar semua keluh kesahku. Cukup hanya mereka saja yang tahu seperti apa hidupku selama ini. Biarkan semua tertutup rapat hingga akhirnya hilang tertelan waktu..
Biarlah mereka mau berkata apa tentang aku, biarkan mereka mau berpikir apa tentang diriku. Tanpa peduli apa kata orang, biarkanlah aku jalani hidupku ini apa adanya. Meski saat ini, semua teman-temanku telah lama menikah. Aku takkan pernah berhenti berharap, agar jodohku akan segera datang...

Kedua, kuharap orang tuaku masih tetap ada dan sehat.
Terkadang, pikiran egois selalu memenuhi kepalaku. Kenapa harus aku yang tertinggal disini, kenapa bukan salah satu dari kakakku? Tapi... bagaimana pun keadaannya, inilah jalan hidup yang harus kujalani dengan ikhlas. Biarpun hingga kini masih terasa sulit, aku akan terus berusaha.
Melihat keduanya hidup rukun, berdampingan di sisa usianya adalah impian terbesarku. Tapi sepertinya, aku harus menguburnya dalam-dalam. Bagaimana tidak, selalu saja hal yang membuat mereka cekcok, setiap hari. Entah apa yang mereka ributkan, toh penyebab utamanya juga nggak jelas. Keadaan seperti ini, sudah menjadi hal lumrah di rumahku.
Bukan hanya itu, perasaan mereka benar-benar sensitif. Ada sedikit saja hal yang melukai perasaannya, akan membuatnya tersinggung dan marah-marah. Terkadang, sikapku yang kuanggap lumrah, bisa melukai perasaannya.
Ya Allah apa yang harus kulakukan? Prilaku keduanya benar-benar menguji kesabaranku.
Aku hanya manusia biasa, di mana kesabaranku sangat terbatas. Aku sering kali bingung menghadapinya. Ingin rasanya aku pergi sesuka hati, menapaki kehidupan yang sesungguhnya. 
Akan tetapi aku tak pernah tahu, kapan ajal akan datang menjemput. Bisa esok, bisa lusa, bulan depan, atau bahkan tahun depan. Bisa saja, aku yang pergi meninggalkan keduanya lebih dulu. Biarlah aku tak punya apa-apa, asalkan aku tidak menyesal seumur hidup. 
Aku hanya bisa menjalani kehidupan ini sewajarnya, sebatas aku mampu. Semoga Allah memudahkan langkahku serta memberi keberkahan dalam kehidupanku.  

Ketiga, mimpiku
Satu waktu, salah seorang teman mengirimiku sms. Dia bertanya tentang novel "Diorama Sepasang Al Banna." Entah kenapa pikiranku jadi teringat pada sebuah cover buku bergambar seorang wanita berjilbab yang bertengger di salah satu toko buku langgananku. Ah, palingan juga novel islami biasa, begitu pikirku saat itu.
"Saya lagi butuh banget novel itu! Sebenernya saya udah baca, pinjam punya temen. Tapi sekarang, bukunya hilang. Jadi saya harus menggantinya. Padahal di mana-mana udah nggak ada,  best seller sih!" katanya lagi.
Mendengar kata best seller, hatiku jadi tergerak untuk ikut mencari novel tersebut. Seperti apa sih, kisah dibaliknya hingga membuat novel itu menjadi best seller. Kebetulan, saat ini masih belum ada pekerjaan yang benar-benar menyita waktuku. Sehingga aku masih bisa mencarinya dengan lebih leluasa.
Tanpa membuang waktu, aku  segera membuka komputer dan menyalakan jaringan internet. Baru juga beberapa detik, segala informasi mengenai novel ini langsung bermunculan.
Ternyata ingatanku tidak keliru. Novel itulah yang dimaksud temanku tadi, pantas saja aku merasa familiar dengan judulnya. Aku pun mulai asyik membaca berbagai ulasannya. Sungguh, aku langsung jatuh hati pada kisah ini. Aku salut sama penulisnya mba Ary Nur. Dia benar-benar punya energi extra untuk menyelesaikan novel ini. Selain ide ceritanya yang briliant, ditambah kemasan alurnya juga dikemas dengan apik. Pantas jadi best seller ^_^
Ah, aku jadi menyesal! Kenapa dulu aku tidak membelinya hanya karena tampilan covernya yang tidak menarik. Begitulah manusia, hanya menilai segala sesuatu hanya dari tampilan luarnya saja. Kemudian, aku kembali melanjutkan membaca. Rupanya kisah ini masih berlanjut ke novel yang kedua yang berjudul "Dilatasi Memori"
Usai membacanya, tiba-tiba saja hatiku terasa tak menentu. Aku seperti baru tersadar. At the least,  aku benar-benar ingin menangis. Kau tahu, usai membaca novel kedua aku jadi teringat akan mimpiku yang selama ini terpendam.
Mungkin karena terlalu lama memendamnya, hingga aku sendiri sampai lupa pernah memiliki mimpi seperti itu. Impianku sejak lama adalah mengatur hidupku sendiri dan membangun keluargaku sendiri, tanpa adanya campur tangan pihak lain. Namun, dengan kenyataan yang kuhadapi saat ini, bagaimana mungkin aku sanggup untuk mewujudkan semua impian itu? Sepertinya, aku harus menguburnya  jauh-jauh.
Ya Allah, aku harus bagaimana? Berikan petunjukMu, langkah apa yang harus kutempuh untuk menjemput mimpiku ini. Rasanya aku sudah lelah dan tertatih untuk menempuhnya. 
Dan ketika aku membaca semua kisah ini, membuat impian itu kembali tumbuh dan berkembang di dalam hatiku. Sungguh, aku benar-benar ingin menangis T_T

2 komentar:

  1. Kak aku udah baca nih cerita odet dan negeri bawang , seru parah sih cuman aku bingung temanya sih apa kak kalo boleh tau 😁

    BalasHapus
  2. Kak aku udah baca nih cerita odet dan negeri bawang , seru parah sih cuman aku bingung temanya sih apa kak kalo boleh tau 😁

    BalasHapus