Demi mengejar waktu yang makin mepet, bis antar kota menjadi
pilihan utamaku. Selain waktunya yang lebih fleksible, harganya juga jauh lebih
bersahabat daripada kereta eksekutif. Kuharap, badan ini bisa sedikit rileks di
dalam bis.
Sayangnya, bis tujuan Bandung masih belum kelihatan di terminal. Aku
terpaksa harus bersabar menunggu. Ternyata bukan aku saja yang menanti
kedatangannya, banyak penumpang lain yang ikut menunggu bersamaku.
Setengah jam berselang, akhirnya bis itu datang juga. Maka, begitu memasuki terminal, bis tersebut
langsung diserbu oleh para penumpang, termasuk aku. Kemudian kami memilih
tempat duduk masing-masing. Tak lama berselang, bis sudah mulai berjalan
meninggalkan terminal.
Selama perjalanan pulang, aku berusaha memejamkan mata. Badanku
memang sudah sangat kelelahan. Perjalanan ini, memang tidak mudah untukku.
Mengingat workshop tadi siang, pikiranku jadi melayang ke mana-mana.
Sepertinya, aku harus segera mengubah semua konsep yang ada, jika
ingin bersaing dengan mereka. Tapi... isi kepalaku masih kosong. Belum terlintas
sedikit pun, aku mau menulis apa, mau bercerita tentang apa. Padahal, waktu
yang kumiliki tidak begitu lama.
Hanya tiga minggu… Yups, pihak Tiga Serangkai hanya memberi waktu tiga
minggu untuk menyelesaikan bab pertama. Aku kembali menghela nafas, pandanganku
beralih ke luar jendela. Cuaca yang tadinya panas, kini mulai meredup. Bahkan
lambat laun mulai gelap dan pekat.
Apa aku sanggup menyelesaikan
semua ini? Rasanya, aku butuh keajaiban saat ini, batinku
Ah sudahlah! Aku tidak ingin terus memikirkannya. Bisa-bisa,
semangatku bakal menyusut sebelum berkembang. Yang terpenting sekarang, aku
harus bisa beristirahat. Syukur-syukur tidur beberapa saat, agar esok pagi
kondisiku bisa tetap fit .
Saking lelahnya, aku langsung
terlelap selama perjalanan. Hingga akhirnya, bis tersebut sampai juga ke kota
Bandung tanpa terasa. Bertepatan dengan adzan Shubuh, aku tiba di rumah dengan
selamat, Alhamdulillah.
****
Meski mata ini masih sangat mengantuk,
aku tidak bisa langsung tidur usai shalat shubuh. Aku terlalu asyik bercerita tentang
pengalaman yang baru saja kualami di kota gudeg. Tanpa terasa, waktu sudah
menunjukkan hampir pukul 6.30 pagi.
Buru-buru aku memejamkan mata dan
terlelap beberapa sesaat. Akan tetapi, ketika tersadar waktu sudah menunjukkan
pukul 9.00 pagi. Padahal acara launcing akan segera dimulai dalam waktu yang
sama.
Sontak, aku buru-buru bangun
dengan kepala yang masih terasa berat. Ah, rasanya aku tak sanggup berada di tempat
acara tepat waktu. Terlambat sedikit tak apalah, mereka masih bisa memulainya
tanpa aku.
Sambil mengumpulkan kesadaran, aku
sengaja mengaktifkan ponsel. Kebetulan, ponselku memang kehabisan batere tadi.
Tak lama berselang, ponsel itu langsung tak berhenti berbunyi. Semua bernada
sama, “Teteeh, dimanaa?”
Setelah badan ini terasa lebih
baik, aku mulai bersiap-siap dan pergi ke Salman ITB. Ternyata, acara launching
sudah berlangsung sedari tadi. Acara diskusi buku menjadi lebih seru dengan
hadirnya bunda Pipiet senja serta kang
Taufik Mulyana sebagai narasumber.
Seperti yang telah direncanakan, semua dana yang terkumpul akan kami serahkan pada pihak keluarga almh. Nurul F Huda. Sayangnya, tak ada pihak keluarga yang datang menghadiri acara ini. Ujung-ujungnya, aku yang mewakili pihak keluarga, dalam serah terima secara simbolis..
Sekitar pukul 13.30 acara launcing
ini pun harus segera berakhir. Meski demikian, kami tidak bisa pulang begitu
saja. Selain harus membereskan tempat acara, kami juga harus melakukan
evaluasi. Di luar itu semua, acara launcing dapat berjalan lancar.
Sungguh, aku tak menyangka dapat
menghadiri dua acara yang awalnya kuanggap mustahil. Benar-benar suatu
keajaiban. Ternyata bila Allah mengijinkan, tak ada yang tak mungkin. Usai
launching ini, tinggal giliranku memikirkan First Novel yang akan aku garap
sebentar lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar